Tak pasti

Mejimhun kehampaan dalam cahaya. Gembira sepi melawan awan kelabu. Mimpi terus bergulir. Layaknya benang waktu mengiris. Kuat kokoh karang merunduk. Takjub pada angin melukis bulan. Jarang ada sentuhan yang menumbuk amarah. Saat sombong menulis umur. Waktu bumi memilih mati. Waktu yang tak habis dimakan dirinya sendiri. Akankah bulan menangis manis. Atau mentari marah membimbing. Hanya lintang gemibtang tidak tidur malam.

Alam membentang. Melukis kisah kanvas malam. Dewi dewi turun menyerang sepi. Namun hampa tak mau pergi. Jika saja purnama sekejam singa. Ia akan diam membujuk ombak. Menaikkan jemari berjentik merah. Bunga kuning sedang tersedak. Ia tertawa melepas sari. Saat kumbang dirayu sepi. Ia terbang menangis malang. Kumbang malam tak kenal kjnang. Mereka layaknya demit dan manusia. Hidup dalam beda dunia beda nyawa.

Kisah ini taka akan berakhir. Meski bumi yang murah senyum. Bagaimana caranya melepas nadi. Bagaimana membunuh sepi. Kenapa gundah berteman amarah. Dan bahagia menetap di puncak kasih. Bagaimana mungkin alam menebas angin. Karena angin anak sang daun. Meniup riang berlari kecang. Walau bumi tak lagi berarti. Namun cinta tiada makna. Tanpa satupun yang bicara. Mereka bersenggama dalam tatap muka. Tiada kanker yang menyedihkan.

Ego dalam genggaman. Malaikat dalam pembicaraan. Dalam Tuhan yang berkuasa atas ini semua. Adakah kasar dan jahat kenapa terjadi. Hukum hukum yang tak bisa dihindari. Patuh hukumpun tak juga berarti. Asal diri tak mampu menulis waktu. Walau bulan tak lagi bersemayam. Makan lidah dalam ganjaran. Bumi.. oh bumi. Kenapa kau banyak berkata dalam cerita ini. Aku mati karena ulahmu.

Bulan bersambut. Ia ceria karena  menerima cahaya. Mentari yang murung namun berseri. Dalam kekaguman para terkasih. Akan namamu dalam sajak rindu. Dimana kau saat para pecinta ini patah durjana. Muka muka yang sempoyongan dililit masa. Mereka tiada rasa dalam menapak waktu. Menambah umur dalam gelimang sakit jiwa. Jika ada waktu libur kau dalam edarmu. Temuilah pengagummu. Yang menyanjungmu. Alam itu tidak bermakna sahara. Ia bisa menjadi indonesia

yang airnya berwarna warna. Yang madunya berupa rupa. Manusia aneka rasa. Dan buah banjir tiada musim. Kelakuan demit itu sama. Suka atau tidak, angin tak mau diam. Di dalam rumah pun. Hanya dk dalam dadamj ia nyaman dan tentram.



























Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menulislah. Agar Tak Terhapus Dari Sejarah

10 oktober 2017

Novel "Pasar", Buku Karangan "Kuntowijoyo"